PAPER
“MASUK
DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU DI INDIA”
Guna
memenuhi Tugas Asia Selatan
Dosen
Pengampu : Musa Pelu S.Pd,M.Pd
Disusun oleh :
ARGA
BAGAS DESIKA
K4412007
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2012
Masuknya
Agama Hindu ke India
Agama Hindu sebagaimana yang sering
menjadi teka-teki dalam sejarah agama Hindu merupakan agama yang paling tua di
dunia yang telah lahir jauh sebelum Moses, Buddha, dan Kristus. Hanya
saja perlu dicatat bahwa sampai saat ini tahun lahirnya agama Hindu tersebut
masih kontroversial dan belum diketahui secara pasti sejak kapan agama tersebut
pertama kali lahir, yang jelas sesuatu yang dianggap sebagai tradisi-tradisi
dalam agama Hindu telah lahir beberapa ratus tahun yang lalu sebelum masehi.
Agama Hindu merupakan agama yang
tidak berasal dari seorang pendiri, sebuah kitab, atau satu titik waktu
sebagaimana agama lain, tetapi agama Hindu merupakan agama Tuhan yang
disampaikan kepada Maha Rsi (para penerima Wahyu), yang pada jaman
dahulu para Maha Rsi tersebut menyanyikan wahyu tuhan di hutan, gunung,
dan juga ditepian sugai-sungai di India, dan tradisi-tradisinya dihubungkan
dengan Bangsa Arya
Meski demikian dalam penulisan
sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan kedalam beberapa priode, yaitu : Pertama,
Perkembangan agama Hindu di India pada Zaman Veda (6500-2000 SM). Kedua Perkembangan
Agama Hindu di India Zaman Brahmana (2000-1500 SM). Ketiga,
Perekembangan agama Hindu di India pada zaman Upanisad (1500-500 SM). Kemudian
periode selanjutnya perkembangan agama Hindu ke berbagai wilayah di luar India.
Hindu, dalam bahasa Sanskerta, yaitu Sanatana
Dharma (Kebenaran Abadi) dan Vaidika-Dharma (Pengetahuan Kebenaran).
Secara etimologi bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu
Dalam Reg Weda, bangsa
Arya
menyebut wilayah mereka sebagai Sapta
Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut
bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend
Avesta
sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk
pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru
terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para
brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum
muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
Tidak seperti agama lain di dunia,
agama Hindu tidak mengklaim seorang pendiri agama saja, tidak menyembah satu
dewa saja, tidak menganut satu dogma saja, tidak meyakini satu filsafat saja,
tidak mengikuti satu macam ritual keagamaan saja. Memang, ia tidak muncul untuk
menampilkan satu macam ciri tradisional yang sempit. Agama Hindu mungkin dapat
digambarkan sebagai sebuah jalan kehidupan.
(Sumber kutipan :
http://sukmazaman.blogspot.com)
Perkembangan Agama Hindu di India
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi
menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman
Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa,
menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah
mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah
sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat
hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya
tradisi-tradisi penyembahan dan upacara terhadap dewa-dewa. .
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rsi". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rsi". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan
keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para
Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya
"Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah
kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata
Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam
ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya
terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada
pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam
gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah
agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah
ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran
Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri
Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja
Sudhodana yang bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika
dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan
diri dengan Tuhan.
(Sumber kutipan : http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=29)
Sebagai dampak dari masuknya bangsa Arya pada sekitar abad
2500 SM yang mendesak bangsa Dravida untuk hijrah Ke Dekkan, maka Bangsa ini
mengembangkan agama baru sebagai perkembangan agama sebelumnya. Agama
sebelumnya dari bangsa Arya terdiri atas penyembahan terhadap dewa-dewa seperti
penyambahan terhadap Dewa Cahaya atau Dewa Angkasa yang dianggap mereka berdiam
di kayangan. Sedangkan Dewa Zeus atau Dewa Yupitar dari bangsa Yunani yang
disebut sebagai Dyauspitar dianggap sebagai bapak langit. Kedudukan Dewa
Dyauspitar kemudian tergeser oleh Dewa Langit lain yang bernama Varuna, yaitu
Dewa pembuka cahaya dan penguasa alam semesta (Abu Su’ud,50:1988).
Bangsa Dravida sendiri pada awalnya
sudah memilki kepercayaan yaitu memuja roh nenek moyang. Dan pada akhirnya Dari adanya dewa-dewa
yang dipercaya oleh bangsa Arya tersebut
maka disatukanlah dengan dewa-dewa dari bangsa Dravida hingga lahirlah agama
Hindu. Agama Hindu yang merupakan sinkretisme
antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi
perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu.
Dalam perkembangannya agama ini terdiri dari beberapa fase
yaitu Jaman Weda, jaman Brahmana, dan jaman Upanisad.
Veda Sekitar 1.500 – 1.000 Sm
Fase veda ini telah dimulai sejak terdesaknya bangsa Dravida
yang lari ke Asia Selatan tepatnya di dataran tinggi Dekkan oleh bangsa Arya
yang mulai memasuki India pada sekitar 2500-1500 SM. Sejak saat itu pula
dikenal sistem kasta.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)
Tiap-tiap kasta mempunyai kedudukan sosial yang sangat tajam
batas-batasnya.Batas-batas mana diazaskan pada hinduisme.Hanyalah asal
kehidupan yang menentukan kedudukan suatu orang dalam masyarakat hindu,yang
tidak dapat diubah oleh suatu prestasi apapun dalam hidup seseorang.Memang,daklam
tiap masyarakat di dunia ini,asal kelahirannya merupakan faktor yang sangat
penting untuk menentukan derajatnya sendiri,akan tetapi perbedaan besar antara
masyarakat Hindu dengan golongan-golongan bangsa lain ialah : bahwa perbedaan
derajat yang ditimbulkan asal kelahiran ini dapat diubah oleh adanya prestasi
seseorang dalam hidupnya,sedang masyarakat Hindu percaya bahwa perbedaan
derajat berakar dalam prinsip-prinsip yang tidak dapat diubah sama sekali.
Struktur sosial dalam masyarakat Hindu disebut Varnasjrama
Dharma yang dalam bahasa sansekerta yang mengandung pengertian bahwa
kewajiban-kewajiban sosial yang diatur berdasarkan warna kulit.Ini menunjukan
bahwa kasta-kasta dalam masyarakat Hindu timbul karena perbedaan asal dan
perbedaan warna kulit.Mungkin bangsa Arya,yang seperti sudah dikatakan
kira-kira dalam tahun 1500 sebelum masehi memasuki India mempunyai warna kulit
yang lebih putih dari penduduk bangsa yang asli mendiami Bangsa India.Maka oleh
sebab itu pada umumnya orang percaya bahwa timbulnya system kasta di India
bermaksud untuk menjaga supaya keturunan dan warna kulit orang-orang Arya yang
memasuki India itu tetap terpelihara tidak bercampur baur dengan penduduk asli
yang ditemukannya disana tetapi bagaimana sekalipun kebenaran timbulnya
kasta-kasta itu sendiri harus diakui bahwa sistem inilah salah satunya keadaan/kondisi
yang masih dipegang teguh dalam masyarakat Hindu pada saat ini.
Sistem kasta ini pula yang menjadi ciri utama masyarakat
Hindu di India,sebagai contoh : Seorang lelaki tidak boleh kawin di luar
kastanya,dan untuk wanita terkadang diperluas,bahkan dapat juga naik ke dalam
kasta yang lebih tinggi dari kastanya yang semula,seorang lelaki
(Sumber : Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya
Sari,Salatiga,2006. Hal 19)
Sistem ini juga
menjadi inti dari ajaran Hindu itu sendiri. Sistem kasta itu terdiri dari
Ksatria, Brahmana, Waisya serta Sudra. Ada satu lagi kasta yang dianggap paling
buruk adalah kasta Paria. Kasta ini ada untuk orang-orang yang dikeluarkan dari
kasta karena membuat kesalahan fatal dalam kastanya. Mereka hanya bisa kembali
memasuki kasta setelah melakukan upacara Vradyastoma.
Sistem
kasta yang menjelaskan Sistem
kemasyarakatan yang tercipta dalam masyarakat Hindu itu , yaitu sebagai
berikut:
1.
Brahmana,
Dalam buku
ke-10 dari Rig-Weda,tertulis :”Golongan Brahmana keluar dari mulut Dewa
Brahmana,Golongan Kshatrya dari tangannya,Waisya dari paha atau perutnya,dan
akhirnya golongan Sudra keluar dari telapak kakinya.Dalam kiasan yang
berarti,bahwa golongan Brahma keluar dari mulut dewa Brahma ialah bahwa
Golongan Brahmana merupakan Guru dari rakyat,karena mulut dapat diartikan
sebagai buah pikiran(Kaum Brahman sebagai Guru dari rakyat).
Para
Brahman mempunyai kewajiban memuja dewa-dewa dan memberi korban kepada
mereka,kewajiban-kewajiban itulah yang merupakan bagian terpenting dari bangsa
Indo-Arya sejak zaman bahari,segala kebahagiaan materil di dalam hidup ini
hanyalah didapati jika hati dewa-dewa dapat dibujuk dengan jalan memberi
korban-korban dan menyanyikan pujian-pujian kepada mereka.
Orang-orang
harus melakukan kedua pekerjaan ini lambat laun merupakan suatu hirarki
tersendiri,bangga atas pekerjaannya dan congkak akan
pengetahuannya.Diajarkannya kepada rakyat suatu teori yang mengatakan bahwa
mereka berasal dari dewa dan ditakdirkan untuk melakukan kedua kewajiban
seperti tersebut diatas.Dan bukan hanya rakyat jelata yang bodoh itu yang
percaya akan teori ini,bahkan para khsatrya yang gagah perkasa pun juga lambat
laun tunduk kepada mereka
Akan
tetapi dalam sejarah,sebesar apapun pengaruh para Brahmana,mereka tidak pernah
merebut tahta Raja.Namun kekuasaan kasta Brahmana dalam peredaran masa menjadi
sedemikian besarnya disbanding dengan kekuasaan Raja,sehingga sebagian besar
harta mengalir ke candi-candi para Brahmana.
Hidup seorang brahmana dapat dibagi dalam 4
masa,antara lain:
1.
Brahmatsjarya
2.
Grahasta
3.
Vanaprasta
4.
Sanyasa
(Sumber kutipan: Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya
Sari,Salatiga,2006 hal 21)
Kelompok
brahmana ialah pemikir, ahli filsafat dan para rohaniawan agama Hindu. (Su’ud,17:1988). Didalam masyarakat Hindu kaum brahmana ini bertugas mengurus tentang kehidupan keagamaan. Mereka
adalah orang yang paling mengerti mengenai seluk-beluk agama Hindu, karena kegiatan para brahmana sehari-harinya hampir selalu dikaitkan
dengan kegiatan keagamaan,selain itu mereka juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi jalannya
pemerintahan, karena para brahman ini
membimbing para warga dan juga memberikan nasehat terhadap raja dalam
menjalankan pemerintahannya. Sehingga dalam uritan kasta ini para brahman
menduduki posisi yang paling atas.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)
2.
Ksatria
Kaum elite
dalam masyarakat beragama hindu terdiri dari kaum bangsawan yang mengelola
kekuasaan duniawi
dalam arti mereka adalah orang-orang yang berkewajiban
menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah raja beserta keluarganya, para pejabat pemerintah, dan para
tentara.
Buku-buku perundang-undangan Hindu
mengatakan,bahwa tidak seorangpun yang berhak menjadi pemerintah kecuali kasta
kshatrya,negeri-negeri yang diperintahi oleh seorang yang lebih rendah kastanya
dari kasta kshatrya harus ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman
Ajaran-ajaran kuno mengatakan, bahwa
rakyat harus menghormati rajanya sebagai seorang dewata. Raja harus berlaku
terhadap rakyatnya sebagai perlakuan seorang bapak terhadap anak-anaknya.
Harta-harta rakyat tidak boleh dihisapnya dengan jalan mengadakan pajak yang
tidak-tidak. Dengan segala daya dan upaya raja harus menjamin ketertiban dengan
kerajaannya dan menghukum orang-orang jahat serta membinasakan tiap-tiap anasir
yang asosial
Berhubungan dengan tugas ketentaraan
yang diwajibkan bagi kasta Kshatrya,maka banyak sekali larangan-larangan sulit
bagi kasta-kasta lain diebeaskan bagi kasta Kshatrya. Sebagai contoh orang
Hindu tidak boleh membunuh makhluk hidup,jadi tidak boleh pergi berburu. Tetapi
kaum Kshatrya boleh juga pergi berburu karena merupakan suatu olahraga baginya.
Raja Hindu pada umumnya adalah orang yang sangat suka berburu. Disamping itu
hamper semua Kshatrya adalah pemakan daging dan tidak enggan terhadap minuman
keras,walaupun ini dilarang oleh hukum agama.
(Sumber kutipan: Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya
Sari,Salatiga,2006 hal 28)
3.
Waisya
Kaum yang
memiliki profesi sebagai para pedagang besar, para pemilik modal maupun para petani kaya yang mempunayi
lahan pertanian yang cukup luas. Walaupun berada dalam lapisan ketuga namun dalam golongan masyarakat biasa yang
tergolong dalam golongan sudra ini mereka memiliki
peran yang cukup penting. Karena
mereka merupakan kaum yang memberikan nafkah bagi sudra karena mereka ini
memperkerjakan sudra sebagai pekerja, buruh maupun budak. Selain itu para
waisya ini merupakan kekuatan sosial yang menguasai sektor ekonomi dalam hal
produksi dan distribusi.
(Sumber : http://sukmazaman.blogspot.com)
4.
Sudra
Biasanya
masyarakat yang bermata pencaharian sebagi petani
peternak, para pekerja, buruh, maupun budak, mereka ini adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama
wajib kerja tetapi keberadaannya kurang diperhatikan dan
mereka yang berada dalam golongan ini menmduduki kedudukan yang kurang
terhormat dalam masyarakatnya.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)
Selain, empat golongan tadi terdapat pula golongan
yang berasa di luar kasta tersebut yang
disebut dengan golongan Paria yang terdiri dari
pengemis dan gelandangan. Golongan ini juga sering disebut
kaum Pantsyama ( golongan kelima ).
v Fase-fase dalam
Perkembangan Agama Hindu :
A. Fase Brahmana Sekitar
800 – 300 Sm
Fase Brahmana yaitu disusunnya tata
cara keagamaan dalam kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Kitab ini selanjutnya
dibagi menjadi 4 bagian yaitu Reg Weda, Yajur Weda, Samma Wedda serta Atharwa
Weda. Reg Weda merupakan bentuk yang paling tua, yang terdiri dari 1028 lagu
pujaan,dan sekarang terbagi dalam sepuluh buku (Su’ud, 1988).
Reg Veda merupakan bentuk yang paling tua, yang terdiri dari
1.028 lagu pujian dan sekarang terbagi menjadi sepuluh buku. Berisi pemujaan
terhadap bermacam-macam dewa dan dimaksudkan untuk dibacakan oleh para hotri
yang merupakan pendeta utama pada upacara pengorbanan. (Su’ud, 1988).
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)
Ciri-ciri yang sangat menonjol dalam Reg Weda ini adalah :
- Pada zaman ini orang-orang Arya memuja kekuatan dan manifestasi dari alam, misalnya: pemujaan Surya (langit), Indra (halilintar), Parjanya (awan), Wayu (angin), Marut (angin ribut), Agni (api) dll.
- Konsep Ketuhanan mereka adalah henotheisme atau kathenotheisme. Meraka kemudian memanusiakan dan mewujudkannya sebagai Dewa. Jumlah dewa yang dipuja pada zaman ini sebanyak 33 dewa.
- Waruna merupakan dewa yang paling mulia, pemimpin para dewa, maha tahu, penguasa alam semesta.
- Indra adalah dewa yang paling banyak dipuja, hampir 25% nyanyian pujian pada Rig Weda dtujukan kepada Indra.
- Agama Reg Weda tidak mengajarkan umat menyembah, membuat patung, membuat kuil tempat pemujaan. Mereka sembahyang di tempat terbuka.
(Sumber kutipan :
http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html)
Memiliki kitab Tandya Brahmana yang dikenal dengan nama
Panca Wimsa, memuat legenda kuna yang dikaitkan dengan upacara korban.Dalam Sama
Weda mantra-mantra sloka dari Reg Weda mulai dinyanyikan pada upacara yajna
Sama weda terdiri dari ayat-ayat yang terdapat dalam Reg
Weda yang diatur dalam suatu bentuk himne untuk dipergunakan oleh para udagatri
atau para penyanyi lagu-lagu pujaan.( Su’ud,1988).
Memiliki beberapa buah kitab antara lain Taitirya Brahmana
untuk Yajur Vedahitam/Kresna dan Yajur Veda Putih/Sukla.Dalam yajur veda
ini berbentuk prosa yang merupakan doa-doa yang harus diucapkan pendeta yang
melakukan pujaan. Pada kitab Yajur Weda, disusun cara-cara melakukan
upacara yajna (kurban suci). Kedudukan Yajna pada zaman ini sangat penting.
Yajna dipandang sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai moksa.
Selama upacara yajna berlangsung
ketiga kitab suci (Trayi Weda), yakni: Rega, Sama, dan Yajur Weda harus dibawa
dan dinyanyikan mantranya oleh Brahmana. Demikian juga pelaksanaan upcara harus
sesuai dengan Yajur Weda.
Memiliki Gopatha Brahmana. Dimana didalam arharava veda ini
terdapat mantera-mantera dan rumus-rumus magis.
Perkembangan agama Hindu pada zaman Brahmana ditandai
dengan memusatkan keaktifan pada rohani dalam upacara korban. Sehingga
kedudukan kaum Brahmana mendapatkan perlindungan yang baik, karena dapat
berpengaruh amat besar. Hal ini terlihat pada masa pemerintahan dinasi
Chandragupta Maurya (322-298 sm) di kerajaan Magadha berkat bantuan Brahmana
Canakya (Kautilya).
B.
Fase Upanishad
Upanishad berasal dari kata Upa- nir- shad yang berarti
duduk bersimpuh di dekat sang guru. Ajaran dalam upanishad lebih menekankan
pada upaya seseorang manusia dalam membebaskan diri kesengsaraan yang terjadi
dalam hidupnya dengan cara pemahaman atas hakekat hidup. Para pengikut ajaran
ini tidak begitu mengutamakan mantra-mantra maupun pengorbanan seperti yang
dilakukan pada fase brahmana maupun weda. Karena ada kepercayaan bahwa
kebenaran maupun kejelekan itu semuanya larut dalam serapan btahman atau jiwa
perorangan. Karena itu upacara kurban dan ritual mistik mulai berkurang namun
ajaran moralaritas atau etika mulai meningkat. Dan kebanyakan orang percaya ini
sebagai kendaraan untuk mencapai sorga. Para cendekiawan mulai penasaran melakukan
penelitian kembali kitab suci Veda dan mengasilkan kitab-kitab Upanishad dan
memproklamirkan bahwa sebuah kebebasan dari terang akal-budi bahwa ia
mengetahui Tuhan, akan mencapai Tuhan dan ia sendiri adalah Tuhan.
Dalam ajaran ini hambatan hidup dalam manusia itu adalah
berupa keterikatan dengan raga manusia yang dianggap sebagai suatu siksaan atau
yang dikenal dengan istilah samsara, diman hambatan itu terjadi karena adanya
hukum perbuatan yang disebut dengan hukum karma. Dan cara yang digunakan untuk
mempercepat pembebasan dari hukum karma ini adalah dengan cara yoga yang merupakan rentetan latihan
fisik dalam sikap tertentu yang berpadu dengan pengendalian pikiran.
Dalam ajaran upanishad ini pada hakikatnya Brahman dan Atman tidak berbeda, Brahman
adalah asas kosmis, sedangkan Atman adalah asas hidup manusia. Oleh karena
akikat Brahman sama dengan Atman maka sifat dari Atman adalah kekal dan abadi
dia tidak pernah terlahir atau mati. Akan tetapi karena Atman bersatu dengan
tubuh maka seolah-olah mengalami ia mengalami process kelahiran dan kematian
berulang-ulang artinya, setelah orang meninggal maka Atma-nya akan
berpindah kebadan yang lain, dan seterusnya.
Didalam kitab upanisad dijelaskan bahwa setelah orang
meninggal maka jiwanya akan pergi ke dunia nenek moyang melalui asap
pembakaran. Perjalanan itu terjadi ketika matahari bergerak dari arah selatan
ke utara. Didunia nenek moyang itulah perbuatan baik dan buruk dinikmati,
setelah itu mereka akan menjelma kembali. Penjelmaan ini akan terjadi
berulang-ulang sesui dengan hukum karma, sampai akhirnya Atma bersatu
dengan Brahman atau Paramaatman. Keadaan bersatu ini yang disebut
dengan Moksa. Jadi pada zaman upanisad ini ditafsirkan secara Jnana
Kanda bahwa moksa itu tidak hanya dapat dicapai dengan upakara yadnya,
etika, tapa brata, dan meditasi tetapi juga dengan pengetahuan mengenai Brahman).
Oleh karena itu pada zaman ini tidak lagi hanya berkiblat keluar diri, kealam
semesta saja namun mencari Brahman dalam diri sendiri melalui kosentrasi.
Maka dari itu munculah konsep reinkarnasi atau proses kelahiran
kembali dan dimana kelahiran sesorang setelah kematian itu ditentukan oleh
perbuatannya selama hidup, dipercayai bahwa jika orang tersenut hidup dalam
keadaan yang baik maka dia akan terlahir kembali menjadi mausia yang berada
dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan sebelimnya dan sebaliknya jika dia
hidup sebagai orang jahat maka ia akan terlahir kembali sebagai manusia yang
hina dan rendah.
Sehingga dalam ajaran ini dapat dikatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu
maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap
ciptaannya dan mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud
tertentu.
C.
Fase Purana
Zaman purana menandai terjadinya
evolusi Hindu di India, yaitu munculnya berbagai macam mazhab atau sekte.
Meskipun demikian agama Purana mewarisi konsep-konsep keagamaan dari zaman
Brahmana. Keduanya sama-sama menekankan praktik agama yang penuh dengan
upacara. Agama Brahmana dan agama Purana mementingkan upacara yajna sebagai
jalan untuk mencapai moksa. Hal ini diuraikan secara teliti dan mendalam dalam
kitab Mimamsasutra. Ajaran yang mengajarkan pentingnya kedudukan yajna (Karma
kandha) dalam agama Hindu ini dikembangkan dan diajarkan oleh para rshi pada
zaman ini. Dengan pelopor-pelopornya antara lain, Rshi Prabhakaran, Rshi
Kumarila Batta, dan masih banyak lagi. Ajaran ini rupanya mendapat sambutan
yang luas di kalangan umat Hindu. Agama Hindu yang berdasarkan yajna,
sebagaimana muncul sejak zaman Weda, Brahmana, dan Purana ini umumnya disebut
Hindu ortodoks atau agama Brahmana-Smarta. Ajaran inilah yang menjadi agama
rakyat India hingga akhir zaman Purana (sekitar 700 Masehi).
Akhir zaman Purana ditandai dengan
terjadinya kekacauan di antara umat Hindu, akibat pertentangan yang hebat
antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya. Setiap mazhab membenarkan prinsip-prinsip
kepercayaan dan ajaran dari mazhab mereka sendiri dan menyalahkan kebenaran
dari mazhab yang lain. Hal-hal yang dipertentangkan terutama mengenai ajaran
Ahimsa. Di samping itu, juga mengenai upacara yajna, kurban binatang,
vegetarian dan non-vegetarian, dan hal-hal prinsip lainnya. Pertentangan itu
semakin memanas dan memuncak pada akhir zaman Purana. Selain itu, pertentangan
antara pemeluk agama Hindu dan agama Buddha juga terus berlangsung.
(Sumber kutipan :
http://sukmazaman.blogspot.com)
v Keyakinan dalam Agama
Hindu
Dalam Agama
Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut,
yakni:
- Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
- Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
- Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan.
- Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).
- Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
1. Widhi Tattwa
Widhi Tattwa merupakan konsep
kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan
Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada
umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam
filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya
satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu,
Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut
tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan
tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan
2. Atma Tattwa
Atma
tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa
dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam
makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman.
Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang
bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan
itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi
berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila
Jivatma mencapai moksa
3. Karmaphala
Agama
Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala
(karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu
keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti
membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya
dengan keyakinan tentang reinkarnasi,
karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka)
disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan
pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani
kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan
nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan
yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah
reinkarnasi).
4. Punarbhawa
Punarbhawa
merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi.
Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil
perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat
menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk
menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses
reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik
atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila
seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).
5.
Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa
merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati
kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam
nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas
dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di
dunia. Oleh karena itu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat
Hindu.
· Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu
Agama Hindu
merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan
bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di
dunia. Menurut penelitian, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep
ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme,
politeisme,
dan bahkan ateisme.
Konsep
ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita
Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme,
monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak
tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para
sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.
1. Monoteisme
Dalam agama
Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme.
Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita
Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep
ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat
segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan
sebutan Brahman.
Dalam keyakinan
umat Hindu, Brahman
merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman
merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana
dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala
sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk
kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan
malaikat dan
enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya
sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita
Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta alam
semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya,
namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan
sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke
dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati,
dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida
Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.
2. Panteisme
Dalam salah
satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme.
Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal
tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan
terdapat dalam setiap benda apapun[10],
ibarat garam pada air laut. Dalam agama
Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab
Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa
wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia
tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.
3. Ateisme
Agama Hindu
diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang
dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan
ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat
Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta
isinya bukan karena Tuhan,
melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala
sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab[11].
Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat
ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia,
namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua
di India. Ajaran
ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma.
Sumber kutipan : www. Wikipedia.com
v 4 Tahap Kehidupan dari
orang Hindu
1.
Tahap Pertama
Tahap pertama menurut India ialah
tahap sebagai seorang pelajar.Biasanya tahap ini bermula setelah upacara
inisiasi,antara umur 8 dan 12 tahun,ketika murid masih tinggal di rumah gurunya
dan melayaninya sebagai imbalan untuk pelajaran yang diterimanya.Tanggung jawab
yang utama dari tahap ini ialah belajar.
2.
Tahap Kedua
Tahap kedua dimulai dengan upacara
perkawinan,adalah tahap berumah tangga.Selama “masa-tengah-hari” kehidupan ini
disaat kekuatan jasmani berada di puncaknya,maka secara alamiah kepentingan
setiap energi seseorang diarahkan keluar.Ada 3 bidang dimana energi seseorang
ini bisa berfungsi secara memuaskan : yaitu dalam keluarganya,pekerjaannya,dan
masyarakat di sekitar lingkungan asalnya.
3.
Tahap Ketiga
Inilah tahap pension.Setelah
kelahiran cucunya yang pertama orang yang bersangkutan dapat memakai kesempatan
yang diberikan usia tua dan mengundurkan diri dari kewajiban social yang selama
ini dipikulnya dengan gembira.Selama 20 atau 30 tahun ia telah menjalankan
perannya di dunia.Sekarang sudah layaknya ada pergantian,agar supaya kehidupan
ini jangan sampai berakhir sebelum maknanya dipahami.
4.
Tahap Keempat/terakhir
Setelah masa pengunduran diri
ini,sampailah ke tahap terakhir dimana tujuan hidup sudah benar-benar telah
tercapai.Tahap tersebut adalah tahap sannyasin,yang dirumuskan oleh
Bhagavad-Gita sebagai “seseorang yang tidak membenci apapun atau mencintai
apapun juga”.
(Sumber kutipan :
Buku asli:The
Religions of Man,Perennial Library,Harper & Row,Publisher New
York,Hargestown,San Fansisco,London diterjemahkan oleh Saafroedin Bahar,Yayasan
Obor Indonesia,Jakarta,1995 hal 71).
Sekte-Sekte Agama Hindu Di India
Pemujaan pada Dewa Wisnu:
Gambar
dari Dewa Wisnu
Satu-satunya aliran yang mendapatkan kemajuan sehingga bisa
berkembang dengan pesat terutama pada masa Gupta yaitu vaisnava atau aliran
yang memuja dewa wisnu sebagai dewa utama. Dan dalam menjalankan fungsinya
sebagai dewa pemelihara jagat raya, wisnu mempunyai kemampuan untuk menjelma
kedalam berbagai makhluk. Akibatnya Wisnu disembah dalam wujud penjelmaannya
atau avatarnya.
Pemujaan pada Dewa Siwa:
Gambar
dari Dewa Siwa
Pemujaan pada dewa siwa menggambarkan Siwa sebagai maha
pertapa dan sebagai pelindung para petapa. Menurut para penganutnya siwa juga
melakukan penjelmaan tertentu yang nampaknya meniru aliran wisnu. Kecenderungan
pendekatan diantara kedua aliran ini terlihat nyata dalam perpaduan bentuk
penjelmaan Harihara. Tokoh ini merupakan gabungan dari gelar hari bagi wisnu
dan hara bagi Siwa. Pemujaan ini banyak
dilakukan di daerah Deccan terutama pada masa Vijayanegara.
Pemujaan pada Sakti:
Pemujaan terhadap para dewa perempuan yang nampaknya
berkembang disepanjang waktu di india, yang bermula pada masa kebudayaan
Harrapa dilembah sungai Indus. Pemujaan itu merupakan kelangsungan dari rasa
ketergantungan mereka terhadap dewi kesuburan karena ketergantungan mereka pada
tanah pertanian.
Sekte Brahma :
Sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra,
Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup
menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu
dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang paling
baik/bagus.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)
v Zaman Kejayaan,Kemunduran dan Kebangkitan Agama Hindu di
India
1.
Kejayaan Agama Hindu Abad Ke 8 Sm di
India
Ciri-ciri
dari masa kejayaan ini adalah :
- Spirit keagamaan mengalami perubahan, tidak ada lagi upacara2 kecil, melainkan upacara yajna besar dan rumit, sehingga golongan Brahmana memiliki kekuasaan dan mendapat perlakuan istimewa.
- Upacara meliputi: mulai dari manusia dalam kandungan sampai meninggal, bahkan sampai yajna yang berhubungan dengan roh yang telah meninggal.
- Upacara yang terbesar adalah Aswamedhayajna, korban kuda, memakai ratusan Brahmana, serta mengorbankan binatang dalam jumlah banyak.
- Pada zaman Aranyaka muncul ajaran bertapa atau meditasi dalam usaha menguak misteri semesta.
- Pada zaman Upanisad muncul ajaran yang berdasarkan filsafat dan logika. Ajaran dituangkan dalam kitab-kitab Upanisad.
- Ada
beberapa konsepsi penting yang ditemukan para Rsi yang membaca kitab-kitab
suci di hutan:
–Alam semesta diciptakan dari yajna dan dipelihara dengan yajna
–Konsep Brahman – Atman, Samsara (punarbhawa)
–Karma, samsara (punarbhawa), dan moksa.
Sumber kutipan :
http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html
2.Kemunduran Agama Hindu Abad Ke 6 Sm
Di India
Pada
abad 6 SM terjadi proses pembaharuan dalam bidang keagamaan yang terus
berkembang dan berkelanjutan. Hal ini terjadi karena mereka ingin bebas dari
dominasi para brahman. Dua ajaran yang muncul pada masa itu adalah jainisme dan
budhisme. Kedua ajaran ini pada dasarnya tidak menolak keberadaan dewa-dewa
karena itu banyak orang yang mudah masuk kedalam ajaran ini karena tanpa harus
meninggalkan kepercayaan pada dewa-dewa, kan tetapi dalam ajaran budhisme dapat
dikatakan anti kasta yang ada dalam masyarakat hindu. Tentu saja hal ini
disambut baik oleh para kaum yang merasa di diskrimimnasi oleh kasta.
Selain itu kemunduran Agama hindu di
India juga diperparah dengan faktor-faktor sebagai berikut :
- Muncul protes dan perlawanan yang menentang ajaran Brahmana, yang mengajarkan upacara yajna, berbagai ritual serta pembunuhan bermacam-macam binatang dalam jumlah yang tidak sedikit, dengan biaya mahal.Dan binatang yang dikorbankan merupakan pemberian dari rakyat yang sudah ditetapkan oleh Para Brahman.
·
Sistem kasta membedakan derajat dan
martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana merasa berada pada
kasta tertinggi dan paling berkuasa terutama untuk mempelajari kitab-kitab suci
agama Hindu lainnya. Sehingga hal ini menimbulkan rasa anti agama.
(Sumber kutipan :
http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/11/lahir-dan-berkembangnya-hindu-budha-di.html)
·
Gerakan perlawanan ini dipimpin oleh
para penganut Buddha, Jaina, Carwaka, dll, yang menolak wewenang dan otoritas
kaum Brahmana.
·
Mereka menentang ritual-ritual yang
bersumber pada Weda. Sebaliknya mengajarkan, mengagungkan etika tapa-brata, dan
penebusan dosa dg disiplin ketat untuk mencapai moksa (bebas dari kelahiran dan
kematian).
·
Agama Buddha begitu cepat meluas, ke
seluruh masyarakat yang beragama Brahmana. Yang masih taat agama Hindu
kebanyakan kaum Brahmana.
·
Pada zaman ini Hindu pecah menjadi 2
(dua) yaitu:
1. Golongan Heterodoks/rasionalis: penganut Buddha, Jaina, Carwaka dsb
2. Golongan Orthodoks: penganut Brahmana
1. Golongan Heterodoks/rasionalis: penganut Buddha, Jaina, Carwaka dsb
2. Golongan Orthodoks: penganut Brahmana
(Sumber kutipan : http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html)
3. Zaman
Kebangkitan Agama Hindu di India 300 Sm
- Pushyamitra seorang Brahmana yang memimpin perlawanan penganut agama Brahmana menyerang penganut Buddha dan golongan rasionalis. Ia menghidupkan kembali upacara Aswamedhayajna.
- Dalam perlawanan menentang agama Buddha, agama Brahmana (Hindu) pecah menjadi 2 (dua) mazab besar, yaitu Saiwa dan Waisnawa.
- Mazab Saiwa: Karma Kanda, ritual, kitab Brahmana, memuja Tri Murti.
- Mazab Waisnawa (Wedantis): Jnana Kanda, menolak ritual, warna, dan kekuasaan Brahmana.
- Kaum Brahmana melarang pembacaan kitab suci Weda untuk umum, karena takut salah tafsir terhadap kitab suci Weda. Larangan ini membuat para Wedantis membuat kitab suci baru yang disebut: Pancama Weda, seperti: Ramayana, Mahabharata, Bhagawad Gita.
- Demikian juga kitab-kitab Upanisad disempurnakan; misalnya: Sad Darsana: Samkhya, Yoga, Nyaya, MImamsa, dan Wedanta.
- Kitab Brahmana: Kalpa Sutra, Grihya Sutra, Dharma Sutra dsb
(Sumber kutipan : http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html)
Kesimpulan
Agama Hindu merupakan agama yang
tidak berasal dari seorang pendiri, sebuah kitab, atau satu titik waktu
sebagaimana agama lain, tetapi agama Hindu merupakan agama Tuhan yang
disampaikan kepada Maha Rsi (para penerima Wahyu), yang pada jaman
dahulu para Maha Rsi tersebut menyanyikan wahyu tuhan di hutan, gunung,
dan juga ditepian sugai-sungai di India, dan tradisi-tradisinya dihubungkan
dengan Bangsa Arya
Meski demikian dalam penulisan
sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan kedalam beberapa priode, yaitu : Pertama,
Perkembangan agama Hindu di India pada Zaman Veda (6500-2000 SM). Kedua Perkembangan
Agama Hindu di India Zaman Brahmana (2000-1500 SM). Ketiga,
Perekembangan agama Hindu di India pada zaman Upanisad (1500-500 SM). Kemudian
periode selanjutnya perkembangan agama Hindu ke berbagai wilayah di luar India.
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi
menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman
Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa,
menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah
mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah
sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat
hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya
tradisi-tradisi penyembahan dan upacara terhadap dewa-dewa. .
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rsi". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rsi". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Daftar Pustaka
1.
Internet:
-http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/11/lahir-dan-berkembangnya-hindu-budha-di.html
-http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=29
-http://sejarah.kompasiana.com/2011/06/14/sejarah-agama-hindu/
- http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html
-www.Wikipedia.com
-http://sukmazaman.blogspot.com
2. Buku :
-Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah
Kebudayaan India,Widya Sari,Salatiga,2006.
-Buku asli:The Religions of
Man,Perennial Library,Harper & Row,Publisher New York,Hargestown,San
Fansisco,London diterjemahkan oleh Saafroedin Bahar,Yayasan Obor
Indonesia,Jakarta,1995 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar