Kamis, 26 Juni 2014

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU DI INDIA



PAPER
“MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU DI INDIA”
Guna memenuhi Tugas Asia Selatan
Dosen Pengampu : Musa Pelu S.Pd,M.Pd

Disusun oleh :
ARGA BAGAS DESIKA
K4412007
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
Masuknya Agama Hindu ke India
Agama Hindu sebagaimana yang sering menjadi teka-teki dalam sejarah agama Hindu merupakan agama yang paling tua di dunia yang telah lahir jauh sebelum Moses, Buddha, dan Kristus. Hanya saja perlu dicatat bahwa sampai saat ini tahun lahirnya agama Hindu tersebut masih kontroversial dan belum diketahui secara pasti sejak kapan agama tersebut pertama kali lahir, yang jelas sesuatu yang dianggap sebagai tradisi-tradisi dalam agama Hindu telah lahir beberapa ratus tahun yang lalu sebelum masehi.
Agama Hindu merupakan agama yang tidak berasal dari seorang pendiri, sebuah kitab, atau satu titik waktu sebagaimana agama lain, tetapi agama Hindu merupakan agama Tuhan yang disampaikan kepada Maha Rsi (para penerima Wahyu), yang pada jaman dahulu para Maha Rsi tersebut menyanyikan wahyu tuhan di hutan, gunung, dan juga ditepian sugai-sungai di India, dan tradisi-tradisinya dihubungkan dengan Bangsa Arya
Meski demikian dalam penulisan sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan kedalam beberapa priode, yaitu : Pertama, Perkembangan agama Hindu di India pada Zaman Veda (6500-2000 SM). Kedua Perkembangan Agama Hindu di India Zaman Brahmana (2000-1500 SM). Ketiga, Perekembangan agama Hindu di India pada zaman Upanisad (1500-500 SM). Kemudian periode selanjutnya perkembangan agama Hindu ke berbagai wilayah di luar India.
Hindu, dalam bahasa  Sanskerta, yaitu  Sanatana Dharma (Kebenaran Abadi)  dan Vaidika-Dharma (Pengetahuan Kebenaran). Secara etimologi bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu  Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
Tidak seperti agama lain di dunia, agama Hindu tidak mengklaim seorang pendiri agama saja, tidak menyembah satu dewa saja, tidak menganut satu dogma saja, tidak meyakini satu filsafat saja, tidak mengikuti satu macam ritual keagamaan saja. Memang, ia tidak muncul untuk menampilkan satu macam ciri tradisional yang sempit. Agama Hindu mungkin dapat digambarkan sebagai sebuah jalan kehidupan.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)


















Perkembangan Agama Hindu di India
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya tradisi-tradisi penyembahan dan upacara terhadap  dewa-dewa. .
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rsi". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
(Sumber kutipan : http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=29)
Sebagai dampak dari masuknya bangsa Arya pada sekitar abad 2500 SM yang mendesak bangsa Dravida untuk hijrah Ke Dekkan, maka Bangsa ini mengembangkan agama baru sebagai perkembangan agama sebelumnya. Agama sebelumnya dari bangsa Arya terdiri atas penyembahan terhadap dewa-dewa seperti penyambahan terhadap Dewa Cahaya atau Dewa Angkasa yang dianggap mereka berdiam di kayangan. Sedangkan Dewa Zeus atau Dewa Yupitar dari bangsa Yunani yang disebut sebagai Dyauspitar dianggap sebagai bapak langit. Kedudukan Dewa Dyauspitar kemudian tergeser oleh Dewa Langit lain yang bernama Varuna, yaitu Dewa pembuka cahaya dan penguasa alam semesta (Abu Su’ud,50:1988).
Bangsa Dravida sendiri pada awalnya sudah memilki kepercayaan yaitu memuja roh nenek moyang. Dan pada akhirnya Dari adanya dewa-dewa yang dipercaya oleh bangsa Arya  tersebut maka disatukanlah dengan dewa-dewa dari bangsa Dravida hingga lahirlah agama Hindu. Agama Hindu yang merupakan sinkretisme antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu.
Dalam perkembangannya agama ini terdiri dari beberapa fase yaitu Jaman Weda, jaman Brahmana, dan jaman Upanisad.
Veda  Sekitar 1.500 – 1.000 Sm
Fase veda ini telah dimulai sejak terdesaknya bangsa Dravida yang lari ke Asia Selatan tepatnya di dataran tinggi Dekkan oleh bangsa Arya yang mulai memasuki India pada sekitar 2500-1500 SM. Sejak saat itu pula dikenal sistem kasta.
(Sumber kutipan  : http://sukmazaman.blogspot.com)
Tiap-tiap kasta mempunyai kedudukan sosial yang sangat tajam batas-batasnya.Batas-batas mana diazaskan pada hinduisme.Hanyalah asal kehidupan yang menentukan kedudukan suatu orang dalam masyarakat hindu,yang tidak dapat diubah oleh suatu prestasi apapun dalam hidup seseorang.Memang,daklam tiap masyarakat di dunia ini,asal kelahirannya merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan derajatnya sendiri,akan tetapi perbedaan besar antara masyarakat Hindu dengan golongan-golongan bangsa lain ialah : bahwa perbedaan derajat yang ditimbulkan asal kelahiran ini dapat diubah oleh adanya prestasi seseorang dalam hidupnya,sedang masyarakat Hindu percaya bahwa perbedaan derajat berakar dalam prinsip-prinsip yang tidak dapat diubah sama sekali.
Struktur sosial dalam masyarakat Hindu disebut Varnasjrama Dharma yang dalam bahasa sansekerta yang mengandung pengertian bahwa kewajiban-kewajiban sosial yang diatur berdasarkan warna kulit.Ini menunjukan bahwa kasta-kasta dalam masyarakat Hindu timbul karena perbedaan asal dan perbedaan warna kulit.Mungkin bangsa Arya,yang seperti sudah dikatakan kira-kira dalam tahun 1500 sebelum masehi memasuki India mempunyai warna kulit yang lebih putih dari penduduk bangsa yang asli mendiami Bangsa India.Maka oleh sebab itu pada umumnya orang percaya bahwa timbulnya system kasta di India bermaksud untuk menjaga supaya keturunan dan warna kulit orang-orang Arya yang memasuki India itu tetap terpelihara tidak bercampur baur dengan penduduk asli yang ditemukannya disana tetapi bagaimana sekalipun kebenaran timbulnya kasta-kasta itu sendiri harus diakui bahwa sistem inilah salah satunya keadaan/kondisi yang masih dipegang teguh dalam masyarakat Hindu pada saat ini.
Sistem kasta ini pula yang menjadi ciri utama masyarakat Hindu di India,sebagai contoh : Seorang lelaki tidak boleh kawin di luar kastanya,dan untuk wanita terkadang diperluas,bahkan dapat juga naik ke dalam kasta yang lebih tinggi dari kastanya yang semula,seorang lelaki
(Sumber : Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya Sari,Salatiga,2006. Hal 19)

 Sistem ini juga menjadi inti dari ajaran Hindu itu sendiri. Sistem kasta itu terdiri dari Ksatria, Brahmana, Waisya serta Sudra. Ada satu lagi kasta yang dianggap paling buruk adalah kasta Paria. Kasta ini ada untuk orang-orang yang dikeluarkan dari kasta karena membuat kesalahan fatal dalam kastanya. Mereka hanya bisa kembali memasuki kasta setelah melakukan upacara Vradyastoma.
Sistem kasta yang menjelaskan Sistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyarakat Hindu itu , yaitu sebagai berikut:
1.        Brahmana,
Dalam buku ke-10 dari Rig-Weda,tertulis :”Golongan Brahmana keluar dari mulut Dewa Brahmana,Golongan Kshatrya dari tangannya,Waisya dari paha atau perutnya,dan akhirnya golongan Sudra keluar dari telapak kakinya.Dalam kiasan yang berarti,bahwa golongan Brahma keluar dari mulut dewa Brahma ialah bahwa Golongan Brahmana merupakan Guru dari rakyat,karena mulut dapat diartikan sebagai buah pikiran(Kaum Brahman sebagai Guru dari rakyat).
Para Brahman mempunyai kewajiban memuja dewa-dewa dan memberi korban kepada mereka,kewajiban-kewajiban itulah yang merupakan bagian terpenting dari bangsa Indo-Arya sejak zaman bahari,segala kebahagiaan materil di dalam hidup ini hanyalah didapati jika hati dewa-dewa dapat dibujuk dengan jalan memberi korban-korban dan menyanyikan pujian-pujian kepada mereka.
Orang-orang harus melakukan kedua pekerjaan ini lambat laun merupakan suatu hirarki tersendiri,bangga atas pekerjaannya dan congkak akan pengetahuannya.Diajarkannya kepada rakyat suatu teori yang mengatakan bahwa mereka berasal dari dewa dan ditakdirkan untuk melakukan kedua kewajiban seperti tersebut diatas.Dan bukan hanya rakyat jelata yang bodoh itu yang percaya akan teori ini,bahkan para khsatrya yang gagah perkasa pun juga lambat laun tunduk kepada mereka
Akan tetapi dalam sejarah,sebesar apapun pengaruh para Brahmana,mereka tidak pernah merebut tahta Raja.Namun kekuasaan kasta Brahmana dalam peredaran masa menjadi sedemikian besarnya disbanding dengan kekuasaan Raja,sehingga sebagian besar harta mengalir ke candi-candi para Brahmana.

Hidup seorang brahmana dapat dibagi dalam 4 masa,antara lain:
1.      Brahmatsjarya
2.      Grahasta
3.      Vanaprasta
4.      Sanyasa
(Sumber kutipan: Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya Sari,Salatiga,2006 hal 21)
 Kelompok brahmana ialah pemikir, ahli filsafat dan para rohaniawan agama Hindu.      (Su’ud,17:1988). Didalam masyarakat Hindu kaum brahmana ini bertugas mengurus tentang kehidupan keagamaan. Mereka adalah orang yang paling mengerti mengenai seluk-beluk agama Hindu, karena kegiatan para brahmana sehari-harinya hampir selalu dikaitkan dengan kegiatan keagamaan,selain itu mereka juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi jalannya pemerintahan, karena para brahman ini membimbing para warga dan juga memberikan nasehat terhadap raja dalam menjalankan pemerintahannya. Sehingga dalam uritan kasta ini para brahman menduduki posisi yang paling atas.
(Sumber kutipan  : http://sukmazaman.blogspot.com)
2.        Ksatria
 Kaum elite dalam masyarakat beragama hindu terdiri dari kaum bangsawan yang mengelola kekuasaan duniawi dalam arti mereka adalah orang-orang yang berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam golongan ini adalah raja beserta keluarganya, para pejabat pemerintah, dan para tentara.
(Sumber kutipan  : http://sukmazaman.blogspot.com)
           Buku-buku perundang-undangan Hindu mengatakan,bahwa tidak seorangpun yang berhak menjadi pemerintah kecuali kasta kshatrya,negeri-negeri yang diperintahi oleh seorang yang lebih rendah kastanya dari kasta kshatrya harus ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman
           Ajaran-ajaran kuno mengatakan, bahwa rakyat harus menghormati rajanya sebagai seorang dewata. Raja harus berlaku terhadap rakyatnya sebagai perlakuan seorang bapak terhadap anak-anaknya. Harta-harta rakyat tidak boleh dihisapnya dengan jalan mengadakan pajak yang tidak-tidak. Dengan segala daya dan upaya raja harus menjamin ketertiban dengan kerajaannya dan menghukum orang-orang jahat serta membinasakan tiap-tiap anasir yang asosial
           Berhubungan dengan tugas ketentaraan yang diwajibkan bagi kasta Kshatrya,maka banyak sekali larangan-larangan sulit bagi kasta-kasta lain diebeaskan bagi kasta Kshatrya. Sebagai contoh orang Hindu tidak boleh membunuh makhluk hidup,jadi tidak boleh pergi berburu. Tetapi kaum Kshatrya boleh juga pergi berburu karena merupakan suatu olahraga baginya. Raja Hindu pada umumnya adalah orang yang sangat suka berburu. Disamping itu hamper semua Kshatrya adalah pemakan daging dan tidak enggan terhadap minuman keras,walaupun ini dilarang oleh hukum agama.
(Sumber kutipan: Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya Sari,Salatiga,2006 hal 28)     
3.        Waisya
Kaum  yang memiliki profesi sebagai para pedagang besar, para pemilik modal maupun para petani kaya yang mempunayi lahan pertanian yang cukup luas. Walaupun berada dalam lapisan ketuga namun dalam golongan masyarakat biasa yang tergolong dalam golongan sudra ini mereka memiliki peran yang cukup penting. Karena mereka merupakan kaum yang memberikan nafkah bagi sudra karena mereka ini memperkerjakan sudra sebagai pekerja, buruh maupun budak. Selain itu para waisya ini merupakan kekuatan sosial yang menguasai sektor ekonomi dalam hal produksi dan distribusi.
(Sumber : http://sukmazaman.blogspot.com)
4.        Sudra
           Biasanya masyarakat yang bermata pencaharian sebagi petani peternak, para pekerja, buruh, maupun budak, mereka ini adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang diperhatikan dan mereka yang berada dalam golongan ini menmduduki kedudukan yang kurang terhormat dalam masyarakatnya.
(Sumber kutipan  : http://sukmazaman.blogspot.com)
Selain, empat golongan tadi terdapat pula golongan yang berasa di luar kasta tersebut yang disebut dengan golongan Paria yang terdiri dari pengemis dan gelandangan. Golongan ini juga sering disebut kaum Pantsyama ( golongan kelima ).
v Fase-fase dalam Perkembangan Agama Hindu :
A.    Fase Brahmana  Sekitar  800 – 300 Sm
Fase Brahmana yaitu disusunnya tata cara keagamaan dalam kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Kitab ini selanjutnya dibagi menjadi 4 bagian yaitu Reg Weda, Yajur Weda, Samma Wedda serta Atharwa Weda. Reg Weda merupakan bentuk yang paling tua, yang terdiri dari 1028 lagu pujaan,dan sekarang terbagi dalam sepuluh buku (Su’ud, 1988).
1) Reg Weda
Reg Veda merupakan bentuk yang paling tua, yang terdiri dari 1.028 lagu pujian dan sekarang terbagi menjadi sepuluh buku. Berisi pemujaan terhadap bermacam-macam dewa dan dimaksudkan untuk dibacakan oleh para hotri yang merupakan pendeta utama pada upacara pengorbanan. (Su’ud, 1988).
(Sumber kutipan  : http://sukmazaman.blogspot.com)
Ciri-ciri yang sangat menonjol dalam Reg Weda ini adalah :
  • Pada zaman ini orang-orang Arya memuja kekuatan dan manifestasi dari alam, misalnya: pemujaan Surya (langit), Indra (halilintar), Parjanya (awan), Wayu (angin), Marut (angin ribut), Agni (api) dll.
  • Konsep Ketuhanan mereka adalah henotheisme atau kathenotheisme. Meraka kemudian memanusiakan dan mewujudkannya sebagai Dewa. Jumlah dewa yang dipuja pada zaman ini sebanyak 33 dewa.
  • Waruna merupakan dewa yang paling mulia, pemimpin para dewa, maha tahu, penguasa alam semesta.
  • Indra adalah dewa yang paling banyak dipuja, hampir 25% nyanyian pujian pada Rig Weda dtujukan kepada Indra.
  • Agama Reg Weda tidak mengajarkan umat menyembah, membuat patung, membuat kuil tempat pemujaan. Mereka sembahyang di tempat terbuka.
(Sumber kutipan  :  http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html)
2) Sama Weda
Memiliki kitab Tandya Brahmana yang dikenal dengan nama Panca Wimsa, memuat legenda kuna yang dikaitkan dengan upacara korban.Dalam Sama Weda mantra-mantra sloka dari Reg Weda mulai dinyanyikan pada upacara yajna
Sama weda terdiri dari ayat-ayat yang terdapat dalam Reg Weda yang diatur dalam suatu bentuk himne untuk dipergunakan oleh para udagatri atau para penyanyi lagu-lagu pujaan.( Su’ud,1988).
3) Yajur Weda
Memiliki beberapa buah kitab antara lain Taitirya Brahmana untuk Yajur Vedahitam/Kresna dan Yajur Veda Putih/Sukla.Dalam yajur veda ini berbentuk prosa yang merupakan doa-doa yang harus diucapkan pendeta yang melakukan pujaan. Pada kitab Yajur Weda, disusun cara-cara melakukan upacara yajna (kurban suci). Kedudukan Yajna pada zaman ini sangat penting. Yajna dipandang sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai moksa.
Selama upacara yajna berlangsung ketiga kitab suci (Trayi Weda), yakni: Rega, Sama, dan Yajur Weda harus dibawa dan dinyanyikan mantranya oleh Brahmana. Demikian juga pelaksanaan upcara harus sesuai dengan Yajur Weda.
4) Atharva Weda
Memiliki Gopatha Brahmana. Dimana didalam arharava veda ini terdapat mantera-mantera dan rumus-rumus magis.
Perkembangan agama Hindu pada zaman Brahmana ditandai dengan memusatkan keaktifan pada rohani dalam upacara korban. Sehingga kedudukan kaum Brahmana mendapatkan perlindungan yang baik, karena dapat berpengaruh amat besar. Hal ini terlihat pada masa pemerintahan dinasi Chandragupta Maurya (322-298 sm) di kerajaan Magadha berkat bantuan Brahmana Canakya (Kautilya).

B.     Fase Upanishad
Upanishad berasal dari kata Upa- nir- shad yang berarti duduk bersimpuh di dekat sang guru. Ajaran dalam upanishad lebih menekankan pada upaya seseorang manusia dalam membebaskan diri kesengsaraan yang terjadi dalam hidupnya dengan cara pemahaman atas hakekat hidup. Para pengikut ajaran ini tidak begitu mengutamakan mantra-mantra maupun pengorbanan seperti yang dilakukan pada fase brahmana maupun weda. Karena ada kepercayaan bahwa kebenaran maupun kejelekan itu semuanya larut dalam serapan btahman atau jiwa perorangan. Karena itu upacara kurban dan ritual mistik mulai berkurang namun ajaran moralaritas atau etika mulai meningkat. Dan kebanyakan orang percaya ini sebagai kendaraan untuk mencapai sorga. Para cendekiawan mulai penasaran melakukan penelitian kembali kitab suci Veda dan mengasilkan kitab-kitab Upanishad dan memproklamirkan bahwa sebuah kebebasan dari terang akal-budi bahwa ia mengetahui Tuhan, akan mencapai Tuhan dan ia sendiri adalah Tuhan.  
Dalam ajaran ini hambatan hidup dalam manusia itu adalah berupa keterikatan dengan raga manusia yang dianggap sebagai suatu siksaan atau yang dikenal dengan istilah samsara, diman hambatan itu terjadi karena adanya hukum perbuatan yang disebut dengan hukum karma. Dan cara yang digunakan untuk mempercepat pembebasan dari hukum karma ini adalah dengan cara yoga yang merupakan rentetan latihan fisik dalam sikap tertentu yang berpadu dengan pengendalian pikiran.
Dalam ajaran upanishad ini pada hakikatnya  Brahman dan Atman tidak berbeda, Brahman adalah asas kosmis, sedangkan Atman adalah asas hidup manusia. Oleh karena akikat Brahman sama dengan Atman maka sifat dari Atman adalah kekal dan abadi dia tidak pernah terlahir atau mati. Akan tetapi karena Atman bersatu dengan tubuh maka seolah-olah mengalami ia mengalami process kelahiran dan kematian berulang-ulang  artinya, setelah orang meninggal maka Atma-nya akan berpindah kebadan yang lain, dan seterusnya.
Didalam kitab upanisad dijelaskan bahwa setelah orang meninggal maka jiwanya akan pergi ke dunia nenek moyang melalui asap pembakaran. Perjalanan itu terjadi ketika matahari bergerak dari arah selatan ke utara. Didunia nenek moyang itulah perbuatan baik dan buruk dinikmati, setelah itu mereka akan menjelma kembali. Penjelmaan ini akan terjadi berulang-ulang sesui dengan hukum karma, sampai akhirnya Atma bersatu dengan Brahman atau Paramaatman. Keadaan bersatu ini yang disebut dengan Moksa. Jadi pada zaman upanisad ini ditafsirkan secara Jnana Kanda bahwa moksa itu tidak hanya dapat dicapai dengan upakara yadnya, etika, tapa brata, dan meditasi tetapi juga dengan pengetahuan mengenai Brahman). Oleh karena itu pada zaman ini tidak lagi hanya berkiblat keluar diri, kealam semesta saja namun mencari Brahman dalam diri sendiri melalui kosentrasi. 
Maka dari itu munculah konsep reinkarnasi atau proses kelahiran kembali dan dimana kelahiran sesorang setelah kematian itu ditentukan oleh perbuatannya selama hidup, dipercayai bahwa jika orang tersenut hidup dalam keadaan yang baik maka dia akan terlahir kembali menjadi mausia yang berada dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan sebelimnya dan sebaliknya jika dia hidup sebagai orang jahat maka ia akan terlahir kembali sebagai manusia yang hina dan rendah.
Sehingga dalam ajaran ini dapat dikatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya dan mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu.
C.     Fase Purana
Zaman purana menandai terjadinya evolusi Hindu di India, yaitu munculnya berbagai macam mazhab atau sekte. Meskipun demikian agama Purana mewarisi konsep-konsep keagamaan dari zaman Brahmana. Keduanya sama-sama menekankan praktik agama yang penuh dengan upacara. Agama Brahmana dan agama Purana mementingkan upacara yajna sebagai jalan untuk mencapai moksa. Hal ini diuraikan secara teliti dan mendalam dalam kitab Mimamsasutra. Ajaran yang mengajarkan pentingnya kedudukan yajna (Karma kandha) dalam agama Hindu ini dikembangkan dan diajarkan oleh para rshi pada zaman ini. Dengan pelopor-pelopornya antara lain, Rshi Prabhakaran, Rshi Kumarila Batta, dan masih banyak lagi. Ajaran ini rupanya mendapat sambutan yang luas di kalangan umat Hindu. Agama Hindu yang berdasarkan yajna, sebagaimana muncul sejak zaman Weda, Brahmana, dan Purana ini umumnya disebut Hindu ortodoks atau agama Brahmana-Smarta. Ajaran inilah yang menjadi agama rakyat India hingga akhir zaman Purana (sekitar 700 Masehi).
Akhir zaman Purana ditandai dengan terjadinya kekacauan di antara umat Hindu, akibat pertentangan yang hebat antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya. Setiap mazhab membenarkan prinsip-prinsip kepercayaan dan ajaran dari mazhab mereka sendiri dan menyalahkan kebenaran dari mazhab yang lain. Hal-hal yang dipertentangkan terutama mengenai ajaran Ahimsa. Di samping itu, juga mengenai upacara yajna, kurban binatang, vegetarian dan non-vegetarian, dan hal-hal prinsip lainnya. Pertentangan itu semakin memanas dan memuncak pada akhir zaman Purana. Selain itu, pertentangan antara pemeluk agama Hindu dan agama Buddha juga terus berlangsung.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)
v Keyakinan dalam Agama Hindu
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
  1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
  2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
  3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan.
  4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).
  5. Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.

1.      Widhi Tattwa

Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan

2.      Atma Tattwa

Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman. Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa

3.      Karmaphala

Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi).

4.      Punarbhawa

Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).
5.      Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena itu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu.

·      Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia. Menurut penelitian, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme.
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.

1.      Monoteisme

Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.

2.      Panteisme

Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun[10], ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.

3.      Ateisme

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab[11]. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma.
Sumber kutipan : www. Wikipedia.com
v 4 Tahap Kehidupan dari orang Hindu
1.      Tahap Pertama
            Tahap pertama menurut India ialah tahap sebagai seorang pelajar.Biasanya tahap ini bermula setelah upacara inisiasi,antara umur 8 dan 12 tahun,ketika murid masih tinggal di rumah gurunya dan melayaninya sebagai imbalan untuk pelajaran yang diterimanya.Tanggung jawab yang utama dari tahap ini ialah belajar.
2.      Tahap Kedua
            Tahap kedua dimulai dengan upacara perkawinan,adalah tahap berumah tangga.Selama “masa-tengah-hari” kehidupan ini disaat kekuatan jasmani berada di puncaknya,maka secara alamiah kepentingan setiap energi seseorang diarahkan keluar.Ada 3 bidang dimana energi seseorang ini bisa berfungsi secara memuaskan : yaitu dalam keluarganya,pekerjaannya,dan masyarakat di sekitar lingkungan asalnya.
3.      Tahap Ketiga
            Inilah tahap pension.Setelah kelahiran cucunya yang pertama orang yang bersangkutan dapat memakai kesempatan yang diberikan usia tua dan mengundurkan diri dari kewajiban social yang selama ini dipikulnya dengan gembira.Selama 20 atau 30 tahun ia telah menjalankan perannya di dunia.Sekarang sudah layaknya ada pergantian,agar supaya kehidupan ini jangan sampai berakhir sebelum maknanya dipahami.
4.      Tahap Keempat/terakhir
            Setelah masa pengunduran diri ini,sampailah ke tahap terakhir dimana tujuan hidup sudah benar-benar telah tercapai.Tahap tersebut adalah tahap sannyasin,yang dirumuskan oleh Bhagavad-Gita sebagai “seseorang yang tidak membenci apapun atau mencintai apapun juga”.
(Sumber kutipan : Buku asli:The Religions of Man,Perennial Library,Harper & Row,Publisher New York,Hargestown,San Fansisco,London diterjemahkan oleh Saafroedin Bahar,Yayasan Obor Indonesia,Jakarta,1995 hal 71).
             
Sekte-Sekte Agama Hindu Di India
Pemujaan pada Dewa Wisnu:
wisnu.jpg 
  Gambar dari Dewa Wisnu
Satu-satunya aliran yang mendapatkan kemajuan sehingga bisa berkembang dengan pesat terutama pada masa Gupta yaitu vaisnava atau aliran yang memuja dewa wisnu sebagai dewa utama. Dan dalam menjalankan fungsinya sebagai dewa pemelihara jagat raya, wisnu mempunyai kemampuan untuk menjelma kedalam berbagai makhluk. Akibatnya Wisnu disembah dalam wujud penjelmaannya atau avatarnya.

Pemujaan pada  Dewa Siwa:
siwa.jpg
Gambar dari Dewa Siwa
Pemujaan pada dewa siwa menggambarkan Siwa sebagai maha pertapa dan sebagai pelindung para petapa. Menurut para penganutnya siwa juga melakukan penjelmaan tertentu yang nampaknya meniru aliran wisnu. Kecenderungan pendekatan diantara kedua aliran ini terlihat nyata dalam perpaduan bentuk penjelmaan Harihara. Tokoh ini merupakan gabungan dari gelar hari bagi wisnu dan hara bagi  Siwa. Pemujaan ini banyak dilakukan di daerah Deccan terutama pada masa Vijayanegara.
Pemujaan pada Sakti:
Pemujaan terhadap para dewa perempuan yang nampaknya berkembang disepanjang waktu di india, yang bermula pada masa kebudayaan Harrapa dilembah sungai Indus. Pemujaan itu merupakan kelangsungan dari rasa ketergantungan mereka terhadap dewi kesuburan karena ketergantungan mereka pada tanah pertanian.
Sekte Brahma :
Sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang paling baik/bagus.
(Sumber kutipan : http://sukmazaman.blogspot.com)

v Zaman Kejayaan,Kemunduran dan Kebangkitan Agama Hindu di India
1.   Kejayaan Agama Hindu Abad Ke 8 Sm di India
Ciri-ciri dari masa kejayaan ini adalah :
  • Spirit keagamaan mengalami perubahan, tidak ada lagi upacara2 kecil, melainkan upacara yajna besar dan rumit, sehingga golongan Brahmana memiliki kekuasaan dan mendapat perlakuan istimewa.
  • Upacara meliputi: mulai dari manusia dalam kandungan sampai meninggal, bahkan sampai yajna yang berhubungan dengan roh yang telah meninggal.
  • Upacara yang terbesar adalah Aswamedhayajna, korban kuda, memakai ratusan Brahmana, serta mengorbankan binatang dalam jumlah banyak.
  • Pada zaman Aranyaka muncul ajaran bertapa atau meditasi dalam usaha menguak misteri semesta.
  • Pada zaman Upanisad muncul ajaran yang berdasarkan filsafat dan logika. Ajaran dituangkan dalam kitab-kitab Upanisad.
  • Ada beberapa konsepsi penting yang ditemukan para Rsi yang membaca kitab-kitab suci di hutan:
    –Alam semesta diciptakan dari yajna dan dipelihara dengan yajna
    –Konsep Brahman – Atman, Samsara (punarbhawa)
    –Karma, samsara (punarbhawa), dan moksa.
Sumber kutipan : http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html
2.Kemunduran Agama Hindu Abad Ke 6 Sm Di India
Pada abad 6 SM terjadi proses pembaharuan dalam bidang keagamaan yang terus berkembang dan berkelanjutan. Hal ini terjadi karena mereka ingin bebas dari dominasi para brahman. Dua ajaran yang muncul pada masa itu adalah jainisme dan budhisme. Kedua ajaran ini pada dasarnya tidak menolak keberadaan dewa-dewa karena itu banyak orang yang mudah masuk kedalam ajaran ini karena tanpa harus meninggalkan kepercayaan pada dewa-dewa, kan tetapi dalam ajaran budhisme dapat dikatakan anti kasta yang ada dalam masyarakat hindu. Tentu saja hal ini disambut baik oleh para kaum yang merasa di diskrimimnasi oleh kasta.
            Selain itu kemunduran Agama hindu di India juga diperparah dengan faktor-faktor sebagai berikut :
  • Muncul protes dan perlawanan yang menentang ajaran Brahmana, yang mengajarkan upacara yajna, berbagai ritual serta pembunuhan bermacam-macam binatang dalam jumlah yang tidak sedikit, dengan biaya mahal.Dan binatang yang dikorbankan merupakan pemberian dari rakyat yang sudah ditetapkan oleh Para Brahman.
·         Sistem kasta membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana merasa berada pada kasta tertinggi dan paling berkuasa terutama untuk mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu lainnya. Sehingga hal ini menimbulkan rasa anti agama.
(Sumber kutipan : http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/11/lahir-dan-berkembangnya-hindu-budha-di.html)
·         Gerakan perlawanan ini dipimpin oleh para penganut Buddha, Jaina, Carwaka, dll, yang menolak wewenang dan otoritas kaum Brahmana.
·         Mereka menentang ritual-ritual yang bersumber pada Weda. Sebaliknya mengajarkan, mengagungkan etika tapa-brata, dan penebusan dosa dg disiplin ketat untuk mencapai moksa (bebas dari kelahiran dan kematian).
·         Agama Buddha begitu cepat meluas, ke seluruh masyarakat yang beragama Brahmana. Yang masih taat agama Hindu kebanyakan kaum Brahmana.
·         Pada zaman ini Hindu pecah menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Golongan Heterodoks/rasionalis: penganut Buddha, Jaina, Carwaka dsb
2. Golongan Orthodoks: penganut Brahmana
(Sumber kutipan : http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html)

3.      Zaman Kebangkitan Agama Hindu di India 300 Sm
  • Pushyamitra seorang Brahmana yang memimpin perlawanan penganut agama Brahmana menyerang penganut Buddha dan golongan rasionalis. Ia menghidupkan kembali upacara Aswamedhayajna.
  • Dalam perlawanan menentang agama Buddha, agama Brahmana (Hindu) pecah menjadi 2 (dua) mazab besar, yaitu Saiwa dan Waisnawa.
  • Mazab Saiwa: Karma Kanda, ritual, kitab Brahmana, memuja Tri Murti.
  • Mazab Waisnawa (Wedantis): Jnana Kanda, menolak ritual, warna, dan kekuasaan Brahmana.
  • Kaum Brahmana melarang pembacaan kitab suci Weda untuk umum, karena takut salah tafsir terhadap kitab suci Weda. Larangan ini membuat para Wedantis membuat kitab suci baru yang disebut: Pancama Weda, seperti: Ramayana, Mahabharata, Bhagawad Gita.
  • Demikian juga kitab-kitab Upanisad disempurnakan; misalnya: Sad Darsana: Samkhya, Yoga, Nyaya, MImamsa, dan Wedanta.
  • Kitab Brahmana: Kalpa Sutra, Grihya Sutra, Dharma Sutra dsb
(Sumber kutipan :  http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html)













Kesimpulan

Agama Hindu merupakan agama yang tidak berasal dari seorang pendiri, sebuah kitab, atau satu titik waktu sebagaimana agama lain, tetapi agama Hindu merupakan agama Tuhan yang disampaikan kepada Maha Rsi (para penerima Wahyu), yang pada jaman dahulu para Maha Rsi tersebut menyanyikan wahyu tuhan di hutan, gunung, dan juga ditepian sugai-sungai di India, dan tradisi-tradisinya dihubungkan dengan Bangsa Arya
Meski demikian dalam penulisan sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan kedalam beberapa priode, yaitu : Pertama, Perkembangan agama Hindu di India pada Zaman Veda (6500-2000 SM). Kedua Perkembangan Agama Hindu di India Zaman Brahmana (2000-1500 SM). Ketiga, Perekembangan agama Hindu di India pada zaman Upanisad (1500-500 SM). Kemudian periode selanjutnya perkembangan agama Hindu ke berbagai wilayah di luar India.
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya tradisi-tradisi penyembahan dan upacara terhadap  dewa-dewa.  .
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rsi". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.




















Daftar Pustaka
1.      Internet:
-http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/11/lahir-dan-berkembangnya-hindu-budha-di.html
-http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=29
-http://sejarah.kompasiana.com/2011/06/14/sejarah-agama-hindu/
- http://e-hindu.blogspot.com/2009/03/istilah-dan-sejarah-hindu.html
-www.Wikipedia.com
-http://sukmazaman.blogspot.com

2.  Buku :
-Drs.K.Hardono,M.Pd.,Sejarah Kebudayaan India,Widya Sari,Salatiga,2006.
-Buku asli:The Religions of Man,Perennial Library,Harper & Row,Publisher New York,Hargestown,San Fansisco,London diterjemahkan oleh Saafroedin Bahar,Yayasan Obor Indonesia,Jakarta,1995 .





Tidak ada komentar:

Posting Komentar